Sabtu, 26 Mei 2018

audit tahap 1

AUDIT TAHAP 1- SELAYANG PANDANG
Bagan Proses Audit atau Audit Process Chart (lihat dibalik sampul depan buku ini) menyajikan tiga tahap dalam proses audit. Bagan dibawah menyajikan pengalaman Bagan Proses Audit tersebut, khususnya untuk proses audit tahap 1.

ISA 315 alinea 3 menegaskan:
The objective of the auditor is to identify and assess the risk of material misstatement, whether due to fraud or error, at the financial statement and assertion levels, through understanding the entity and its environment, including the entity’s internal control, thereby providing a basis for designing and implementing responses to the assessed risk of material misstatement.
Terjemahan bebas:
Tujuan editor adalah mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji yang material, yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan. Pada tingkat laporan keuangan dan pada tingkat asersi, dengan memahami entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian  internal entitas itu, yang mejadi dasar untuk merancang dan mengimplementasikan tanggapan terhadap risiko salah saji yang material yang dinilai.
ISA 315 alinea 3 dan terjemahannya merupakan alinea yang sangat panjang. Alinea ni lebih mudah dipahami jika dipilah-pilah sebagai berikut:
a.       Proses audit tahap 1 bertujuan menentukan ada/ tidaknya risiko salah salah saji yang material.
b.      Risiko salah saji dapat terjadi karna kecurangan (fraud) maupun kesalahan (error). Apapun penyebabnya, auditor wajib menilainya
c.       Penilaian risiko ini dilakukan pada dua tingkat , yakni pada tingkat laporan keuangan dan pada tingkat asersi.
d.      Auditor melaksanakan tahap audit ini dengan memahami secara baik  entitas yang diauditnya serta lingkungan bisnis dimana entitas itu beroperasi.
e.      Salah satu aspek yang wajib dipahami auditor ialah pengendalian internal entitas itu, karena pengendalian internal dibangun untuk menanggulangi (mitigate) risiko.
f.        Hasil dari proses audit tahap 1 risiko yang dinilai (assessed risk). Dengan perkataan lain, dalam tahap audit ini auditor menemukan assessed risk of material misstatement atau terjemahan bebasnya “risiko dinilai auditor atau tim audit mengenai masalah salah saji yang material”.Atau, risiko salah saji yang material sebagai hasil dari assessment yang dilakukan auditor. Istilah yang panjang ini dalam pembahasan selanjutnya disingkat ARRM.
g.       Berdasarkan ARRM ini auditor wajib merancang dan mengimplementasikan prosedur audit selanjutnya(further audit procedures). Prosedur audit selanjutnya merupakan jawaban, tanggapan, atau respons terhadap ARRM. Disebut “prosedur audit selanjutnya, karna ia merupakan tindak lanjut dari prosedur penilaian risiko.

Bagan proses Audit atau Audit Process Chart dibagian awal buku ini dapat disederhanakan sebagai berikut.

Text Box: Risk Assessmennt Text Box: Risk Response
 

Text Box: ReportingPeristiwa apa yang jika terjadi                           Apakah peristiwa yang                                  Berdasarkan bukti
Terjadi akan menyebabkan                                diidentifikasi benar-benar                           audit yg diperoleh,
Salah saji yang material dalam                           terjadi dan menyebabkan                           opini audit yg tepat
Laporan keuangan ?                                               salah saji yang material dalam                    untuk laporan
                                                                                       Laporan Keuangan?                                        Keuangan tsb?

Gambar diatas menggunakan istilah Peristiwa (atau Events) yang dapat bermakna factor risiko bisnis ( Business risk factor) atau factor resiko kecurangan (fraud risk factor). Kedua factor risiko ini dibahas di bab lain.
             Ketiga tahap audit (risk assesment , risk response dan reporting) masing masing menjawab satu pertanyaan berkenaan dengan peristiwa (atau Events) tersebut. Jika risiko-risiko ini terjadi, tujuan entitas untuk membuat laporan keuangan yang bebas dari salah saji yang material, tidak akan tercapai. Jika pengendalian (control risk) merupakan ancaman terhadap pembuatan laporan keuangan yang bebas dari salah saji yang material.
             Langkah-Langkah utama dalam tahap audit pertama(Tahap penilaian Risiko atau Risk Assessment) terdiri atas berikut ini.
a) Memutuskan untuk menerima (jika ini merupakan penugasan atau perikatan audit yang pertama), melanjutkan ( jika ini merupakan penugasan atau perikatan audit ulangan), atau menolak penugasan atau perikatan audit.
b) Merencanakan audit. Langkah kedua ini dapat dirinci lebih lanjut dalam: (i) menentukan matrealitas; (ii) melakukan pertemuan dengan tim audit dalam rangka perencanaan; dan (iii) merumuskan strategi audit yang menyeluruh.
c)  Melaksanakan prosedur penilaian risiko, yang bertujuan untuk menilai risiko salah saji ( karna kecurangan dan/ atau kesalahan) di tingkat laporan keuangan dan di tingkat asersi. Langkah ketiga ini dapat dirinci lebih lanjut dalam: (i) menentukan dan menilai resiko pengendalian; dan (iii) mengkomunikasikan kelemahan dan kekurangan yang ditemukan, sebagai hasil pelaksanaan prosedur penilaian risiko.
d) Dokumentasikan temuan dan segala perubahan atas rencana audit semula.

Keempat langkah diatas dipayungi oleh kendali mutu (quality controls) yang mengacu kepada kode etik akuntan public, independensi auditor, dan ketentuan yang ditetapkan ISAs.

Kempat langkah dan “payung”  nya disajikan dalam gambar berikut:
















Rounded Rectangle: Risk Assessment 

Text Box: Putuskan untuk menerima/melanjutkan Penugasan                Kendali Mutu - Etika, Independensi, dan ISAs
Text Box: Kegiatan Perencanaan                                     

Flowchart: Delay: Tentukan MatrealitasFlowchart: Delay: Pertemukan tim u/ perencananFlowchart: Delay: Strattegi audit menyeluruh 

Text Box: Dokumentasikan temuan dan perubahan rencana
 


Flowchart: Delay: Komunikasikan kelemahan  signisignifikan                                                                                                                               






*RMM= Risk of Material Misstatement
Gambar diatas berisi gagasan dassar yang sudah dibahas dalam Bagian Kedua, yakni :

·         Pengendalian internal;
·         Asersi laporan keuangan ;
·         Matrealitas dan risiko audit;
·         Prosedur penilaian risiko.



BAB 21
DISKUSI TIM AUDIT
Bab ini akan membahas tujuan dan sifat diskusi diantara anggota tim audit, mengenai kerentanan laporan keuangan entitas terhadap salah saji yang material. ISAs yang menjadi acuan dalam pembahasan di bab ini ialah ISAs nomor 240,300, dan 315.
ISA 240.15
ISA 315 mewajibkan diskusi diantara anggota tim penugasan dan keputusan patner (yang memimpin) penugasan mengenai hal-hal yang harus dikomunikasikan kepada anggota tim yang tidak terlibat dalam diskusi. Diskusi ini harus harus memberi penekanan mengenai bagaimana dan dimana laporan keuangan entitas rentan terhadap salah saji yang material karna kecurangan, termasuk bagaimana kecurangan bisa terjadi. Diskusi ini harus dilakukan, dengan mengeyampingkan pendapat anggota tim tentang kejujuran dan integritas manajemen  dan TCWG (those charged with governance).
ISA 240.44
Auditor wajib memasukkan hal-hal berikut dalam dokumentasi audit mengenai pemahaman auditor, mengenai entitas dan lingkungannya, dan penilaian mengenai risiko salah saji yang material sebaimana diharuskan ISA 315.
·         Keputusan penting yang diambil dalam diskusi diantara anggota tim penugasan mengenai kerentanan laporan keuangan entitas terhadap salah saji yang material karna kecurangan.
·         Salah saji yang material karna kecurangan, yang di identifikasikan dan dinilai, pada tingkat laporan keuangan dan tingkat asersi.
ISA 315.10
Patner (yang memimpin) penugasan dan anggota kunci tim penugasan wajib membahas kerentanan laporan keuangan entitas terhadap salah saji yang material, dan penerapan FRF yang berlaku-berlaku terhadap fakta dan situasi entitas. Patner (yang memimpin) penugasan wajib menentukan hal-hal yang harus dikomunikasikan kepada anggota tim yang tidak terlibat dalam diskusi.
 

Tinjauan Umum
Unsur penting dalam sukses penugasan audit manapun, adalah komunikasi yang baik diantara anggota tim audit. Komunikasi dimulai dengan menugaskan anggota tim, mengatur pertemuan tim untuk merencanakan penugasan dan kemudian berlanjut sepanjang penugasan.  Manfaat komunikasi yang baik disajikan dalam kotak 21-1.
Kotak 21-1
 

Manfaat komunikasi berkelanjutan diantara anggota tim, bagi:
Produktivitas audit
·         Setiap anggota tim akan dan dapat memahami entitas yang di audit, FRF (financial reporting framework atau kerangka pelaporan keuangan) yang digunakan, apa peran masing-masing anggota dalam audit tersebut, daan ekspektasi mengenai bagaimana dan kapan pekerjaan akan dilaksanakan.
·         Potensi untuk audit berlebihan atau sebaliknya (over-and under-auditing) dapat ditekan secara signifikan.
Efektivitas Audit
·         Staf mendapat insights mengenai klien dan ekspektasi mengenai audit yang akan dilaksanakan, langsung dari patner (yang memimpin) penugasan dan anggota inti / kunci dalam tim audit.
·         Diskusi di antara anggota tim audit, mengenai kerentanan laporan keuangan entitas terhadap salah saji yang material akan membantu penanganan risiko bisnis dan risiko kecurangan.
·         Pengambilan keputusan yang lebih baik mengenai sifat, waktu pelaksanaan, dan luasnya penilaian risiko dan prosedur audit selanjutnya.
·         Komunikasi secara terbuka memungkinkan reaksi yang cepat-tanggap terhadap informasi baru mengenai hal-hal seperti transaksi dan peristiwa luar biasa (unusual transactions/events), hubungan pihak berelasi (related parties), dan masalah pelaporan (reporting issues).
Pengembangan staf
·         Best Praticies (praktik-praktik terbaik) dalam auditing dan dibagi dan terbagi antara partner dan staf.
·         Staf terdorong untuk bertanya dan mempertimbangkan kembali efektivitas tanggapan terhadap risiko yang dinilai (assessed risks) dalam audit tahun lalu.

Komunikasi yang berkelanjutan yang efektir memerlukan:
·         Keterlibatan penuh dari partner (yang mungkin) penugasa dan anggota tim inti yang lainnya; dan
·         Kesediaan personel senior (partner dan penugasan tim inti) untuk mendengar “suara” personel yang lebih jenior. Termasuk, memahami oenugasan dari perspektif dari junior, mendorong mereka untuk bertanya dan memberi saran-saran, dan memberikan mereka umpan balik.
Gambar 21-1 meringkaskan hal-hal yang perlu di pertimbangkan dan di bahas dalam komunikasi tim audit.
Rounded Rectangle: Selama dan sesudah audit bahas:
• Hasill, kemajuan/perkembangan dan masalah audit
• Perubahan dalam rencana audit
• Informasi baru
• Otransaksi atau peristiwak luar biasa
• Saran untuk audit yang akan datang.
Rounded Rectangle: Membagi Tugas dan Peran Kepada anggota Tim
Pertimbangkan:
• Ketrampilan dan pengalaman
• Kebutuhan akan keahlian tertentu
• Kebutuhan preview kendali mutu

Rounded Rectangle: Pertemuan Mengenai Perencanaan Dalam Tim:
Bahas:
• Matrealitas
• Inside berdasarkan pengetahuan mengenai entitas
• Potensi resiko bisnis dan resiko kecurangan
• Dimana/ bagaimana laporan keuangan tentang salah saji yang material
• Rencana audit yang mencakup: siapa, apa, dimana, kapan
• Suprvisi dan review


Gambar 21.1 Komunikasi Tim Audit















 

Pertemuan Perencanaan Tim Audit
Dalam penugasan yang lebih besar, pertemuan mengenai perencanaan dijadwalkan jauh sebelum dimulainya pekerjaan lapangan. Penjadwalan dini memberikan cukup waktu untuk membuat perubahan, jika diperlukan, dalam rencana audit terinci. Untuk penugasan yang sanngat kecil, perencanaan justru akan baik sekali melalui diskusi-diskusi singkat pada awal penugasan dan selamaaudit berjalan.
                Anggota tim didorong untuk datang ke pertemuan dengan (banyak) pertanyaan dan sikap mempertanyakan (questioning mind), dan siap untuk berpartisipasi dan berbagi informasi dengan sikap skeptisisme professional ( attitude of professional skepticism).
Tiga hal yang akan dibahas selanjutnya yaitu sebagai berikut:
·          Berbagi insights tentang entitas
·         Bertukar pikiran (brainstorm)
·         Perencanaan audit
Berbagi Insights tentang Entitas
Pertemuan tim audit memberikan kesempatan kepada partner penugasan dan anggota tim untuk berbagai insigts mengenai entitas, misalnya tentang manusia, kegiatan, dan tujuan entits. Tujuannya ialah untuk membahas secara terbuka hal-hal berikut.
Entitas
·         Sejarah dan tujuan bisnis.
·         Budaya perusahaan/ korporasi.
·         Perubahan dalam kegiatan/operasi bisnis, personalia, atau system.
·         Penerapan RPF yang berlaku terhadap fakta dan situasi yang dihadapi entitas.
Manajemen
·         Sifat/struktur entitas dan manajemen.
·         Sikap terhadap pengendalian intern.
·         Insentif untuk melakukan kecurangan.
·         Perubahan yang tidak bisa dijelaskan mengenai perilaku atau gaya hidup pimpinan.
·         Adanya indikasi bisa dalam keputusan/sikap manajemen.
Faktor risiko yang diketahui
·         Pengalaman dari penugasan audit yang lalu.
·         Faktor risiko bisnis yang signifikan.
·         Peluang dilakukannya Kecurangan.
 

Bertukar Pikiran
Pertemuan tim penugasan dalam hal ini adalah bertukar fikiran (brainstorming) mengenai gagasan-gagasan dan pendekatan audit yang mungkin diterapkan, seperti berikut.
Potensi untuk kesalahan (error) dan kecurangan (fraud)
·         Area mana dalam laporan keuangan yang rentan terhadap salah saji yang material (fraud dan error)? Langkah ini merupakan keharusan dalam semua audit.
·         Bagaimana manajemen bisa melakukan dan menyembuntikan pelaporan keuangan yang curang (fraudulent  financial reporting)?
·         Akan bermanfaat untuk mengembangkan berbagai scenario kecurangan (fraud scenarios) atau, jika mungkin, gunakan jasa akuntan forensic. Amati journal entries, yang dapat mengindikasikan bias manajemen mengenai estimasi/penyisihan, perubahan kebijakan akuntansi, dan lain-lain.
·         Bagaimana asset perusahaan bisa dijarah atau digunakan untuk kepentingan pribadi?
·         Apakah ada kegiatan nirlaba dengan kedok CSR (corporate social responbility) yang sesungguhnya merupakan sarana korupsi dan manipulasi laporan keuangan.
Tanggapan terhadap risiko
·         Apa pendekatan/prosedur audit yang mungkin dilakukan untuk menanggapi risiko yang diidentifikasi?
·         Pertimbangan untuk memasukkan unsur pendadakan (element of unpredictability) ke dalam sifat, penetapan waktu, dan luasnya prosedur audit yang akan dilaksanakan.
Perencanaan Audit
Pertemuan tim penugasan dalam hal ini adalah memberikan pengarahan. Ada area-area khusus yang perlu diperhatikan. Auditor harus memastikan bahwa semua kewajiban dan persyaratan yang ditetapkan ISAs yang relevan dengan audit tersebut dimasukan dalam rencana audit.
                 ISAs meliputi prosedur tertentu yang harus dilaksanakan, antara lain:
·         ISA 240 The Auditor’s Responsibilities Relating to Fraud in an Audit of Financial Statements;
·         ISA 402 Audit Considerations Relating to an Entity Using a Service Organization;
·         ISA 540 Auditing Accounting Estimates, Including Fair Value Accounting Estimates, and Related Disclosures;
·         ISA 550 Related Parties;
·         ISA 600 Audits of Group Financial Statements
Berikan Pengarahan kepada tim audit menganai berikut ini.
·         Menentukan tingkat matrealitas
·         Memberikan peran dan tanggung jawab.
·         Memberikan pengarahan umum kepada staf mengenai bagian-bagian audit yang menjadi kewajiban mereka untuk menyelesaikannya. Informasikan pendekatan audit yang digunakan, pertimbangan khusus, penjadwalan waktu untuk prosedur/proses audit, dokumentasi yang harus dipenuhi, luasnya supervisi, penelaah berkas-berkas audit, dan ekspektasi lainnya.
·      Tekankan pentingnya mempertahankan skeptisisme professional selama audit berlangsung.
Komunikasi Selama dan pada Akhir Audit
Setiap anggota tim audit mempunyai sedikit perbedaan dalam perspektif mereka mengenai entitas. Bahkan beberapa informasi yang dikumpulkan oleh beberapa anggota tim yang ditunjuk, mungkin “tidak masuk akal” sampai akhirnya informasi itu digabungkan dengan informasi yang dikumpulkan anggota yang lain.
            Hal ini misalnya terlihat dalam kasus kecurangan, dimana identifikasi pola-pola kecil, kelemahan-kelemahan, dan penyimpangan berfungsi sebagai potongan-potongan dalam jigsaw puzzle, yang membawa auditor kepada pengungkapan kecurangan. Hanya dengan berbagi informasi diantara anggota tim, “gambar besar” dari jigsaw puzzle itu terungkap.
            Diskusi tim janganlah dibatasi dalam pertemuan-pertemuan mengenai perencanaan audit. Tim audit perlu di dorong untuk berkomunikasi dan bebagi informasi yang mereka peroleh, dengan berbagai relevansinya, khususnya ketika informai itu berdampak pada penilaian risiko dan prosedur audit yang direncanakan.
Gambar 21-2 sharing Findings