AUDIT TAHAP 1- SELAYANG PANDANG
Bagan Proses Audit atau Audit Process Chart (lihat dibalik
sampul depan buku ini) menyajikan tiga tahap dalam proses audit. Bagan dibawah
menyajikan pengalaman Bagan Proses Audit tersebut, khususnya untuk proses audit
tahap 1.

ISA 315 alinea 3 menegaskan:
The objective of the auditor is to identify and assess the risk of material
misstatement, whether due to fraud or error, at the financial statement and
assertion levels, through understanding the entity and its environment,
including the entity’s internal control, thereby providing a basis for designing
and implementing responses to the assessed risk of material misstatement.
Terjemahan bebas:
Tujuan editor adalah
mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji yang material, yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan. Pada
tingkat laporan keuangan dan pada tingkat asersi, dengan memahami entitas dan
lingkungannya, termasuk pengendalian internal
entitas itu, yang mejadi dasar untuk merancang dan mengimplementasikan
tanggapan terhadap risiko salah saji yang material
yang dinilai.
ISA 315 alinea 3 dan
terjemahannya merupakan alinea yang sangat panjang. Alinea ni lebih mudah
dipahami jika dipilah-pilah sebagai berikut:
a. Proses
audit tahap 1 bertujuan menentukan ada/ tidaknya risiko salah salah saji yang material.
b. Risiko
salah saji dapat terjadi karna kecurangan (fraud)
maupun kesalahan (error). Apapun
penyebabnya, auditor wajib menilainya
c. Penilaian
risiko ini dilakukan pada dua tingkat , yakni pada tingkat laporan keuangan dan
pada tingkat asersi.
d. Auditor
melaksanakan tahap audit ini dengan memahami secara baik entitas yang diauditnya serta lingkungan
bisnis dimana entitas itu beroperasi.
e. Salah
satu aspek yang wajib dipahami auditor ialah pengendalian internal entitas itu,
karena pengendalian internal dibangun untuk menanggulangi (mitigate) risiko.
f.
Hasil dari proses audit tahap 1 risiko yang
dinilai (assessed risk). Dengan
perkataan lain, dalam tahap audit ini auditor menemukan assessed risk of material
misstatement atau terjemahan bebasnya “risiko dinilai auditor atau tim audit
mengenai masalah salah saji yang material”.Atau, risiko salah saji yang material
sebagai hasil dari assessment yang dilakukan auditor. Istilah yang panjang ini
dalam pembahasan selanjutnya disingkat ARRM.
g. Berdasarkan
ARRM ini auditor wajib merancang dan mengimplementasikan prosedur audit
selanjutnya(further audit procedures).
Prosedur audit selanjutnya merupakan jawaban, tanggapan, atau respons terhadap
ARRM. Disebut “prosedur audit selanjutnya, karna ia merupakan tindak lanjut
dari prosedur penilaian risiko.
Bagan proses Audit
atau Audit Process Chart dibagian
awal buku ini dapat disederhanakan sebagai berikut.
![]() |
![]() |
||

Terjadi
akan menyebabkan diidentifikasi
benar-benar audit
yg diperoleh,
Salah
saji yang material dalam terjadi
dan menyebabkan opini
audit yg tepat
Laporan
keuangan ? salah
saji yang material dalam untuk
laporan
Laporan
Keuangan? Keuangan
tsb?
Gambar
diatas menggunakan istilah Peristiwa (atau
Events) yang dapat bermakna factor risiko bisnis ( Business risk factor) atau factor resiko kecurangan (fraud risk factor). Kedua factor risiko
ini dibahas di bab lain.
Ketiga tahap audit (risk assesment , risk response dan
reporting) masing masing menjawab satu pertanyaan berkenaan dengan
peristiwa (atau Events) tersebut.
Jika risiko-risiko ini terjadi, tujuan entitas untuk membuat laporan keuangan
yang bebas dari salah saji yang material,
tidak akan tercapai. Jika pengendalian (control
risk) merupakan ancaman terhadap pembuatan laporan keuangan yang bebas dari
salah saji yang material.
Langkah-Langkah utama dalam tahap
audit pertama(Tahap penilaian Risiko atau
Risk Assessment) terdiri atas berikut ini.
a) Memutuskan
untuk menerima (jika ini merupakan penugasan atau perikatan audit yang
pertama), melanjutkan ( jika ini merupakan penugasan atau perikatan audit
ulangan), atau menolak penugasan atau perikatan audit.
b) Merencanakan
audit. Langkah kedua ini dapat dirinci lebih lanjut dalam: (i) menentukan
matrealitas; (ii) melakukan pertemuan dengan tim audit dalam rangka
perencanaan; dan (iii) merumuskan strategi audit yang menyeluruh.
c) Melaksanakan
prosedur penilaian risiko, yang bertujuan untuk menilai risiko salah saji (
karna kecurangan dan/ atau kesalahan) di tingkat laporan keuangan dan di
tingkat asersi. Langkah ketiga ini dapat dirinci lebih lanjut dalam: (i)
menentukan dan menilai resiko pengendalian; dan (iii) mengkomunikasikan
kelemahan dan kekurangan yang ditemukan, sebagai hasil pelaksanaan prosedur
penilaian risiko.
d) Dokumentasikan
temuan dan segala perubahan atas rencana audit semula.
Keempat
langkah diatas dipayungi oleh kendali mutu (quality
controls) yang mengacu kepada kode etik akuntan public, independensi
auditor, dan ketentuan yang ditetapkan ISAs.
Kempat
langkah dan “payung” nya disajikan dalam
gambar berikut:







![]() |
||
![]() |



*RMM= Risk of Material
Misstatement
Gambar
diatas berisi gagasan dassar yang sudah dibahas dalam Bagian Kedua, yakni :
·
Pengendalian internal;
·
Asersi laporan keuangan ;
·
Matrealitas dan risiko audit;
·
Prosedur penilaian risiko.
BAB 21
DISKUSI TIM AUDIT
Bab ini akan membahas tujuan dan
sifat diskusi diantara anggota tim audit, mengenai kerentanan laporan keuangan
entitas terhadap salah saji yang material.
ISAs yang menjadi acuan dalam pembahasan di bab ini ialah ISAs nomor 240,300,
dan 315.
ISA 240.15
ISA 315 mewajibkan diskusi diantara anggota tim
penugasan dan keputusan patner (yang memimpin) penugasan mengenai hal-hal yang
harus dikomunikasikan kepada anggota tim yang tidak terlibat dalam diskusi.
Diskusi ini harus harus memberi penekanan mengenai bagaimana dan dimana laporan
keuangan entitas rentan terhadap salah saji yang material karna kecurangan,
termasuk bagaimana kecurangan bisa terjadi. Diskusi ini harus dilakukan, dengan
mengeyampingkan pendapat anggota tim tentang kejujuran dan integritas
manajemen dan TCWG (those charged with governance).
ISA 240.44
Auditor wajib memasukkan hal-hal berikut dalam
dokumentasi audit mengenai pemahaman auditor, mengenai entitas dan
lingkungannya, dan penilaian mengenai risiko salah saji yang material sebaimana
diharuskan ISA 315.
·
Keputusan penting
yang diambil dalam diskusi diantara anggota tim penugasan mengenai kerentanan
laporan keuangan entitas terhadap salah saji yang material karna kecurangan.
·
Salah saji yang material
karna kecurangan, yang di identifikasikan dan dinilai, pada tingkat laporan
keuangan dan tingkat asersi.
ISA 315.10
Patner (yang memimpin) penugasan dan anggota kunci tim
penugasan wajib membahas kerentanan laporan keuangan entitas terhadap salah
saji yang material, dan penerapan FRF yang berlaku-berlaku terhadap fakta dan
situasi entitas. Patner (yang memimpin) penugasan wajib menentukan hal-hal yang
harus dikomunikasikan kepada anggota tim yang tidak terlibat dalam diskusi.

Tinjauan Umum
Unsur penting dalam sukses penugasan audit manapun,
adalah komunikasi yang baik diantara anggota tim audit. Komunikasi dimulai
dengan menugaskan anggota tim, mengatur pertemuan tim untuk merencanakan
penugasan dan kemudian berlanjut sepanjang penugasan. Manfaat komunikasi yang baik disajikan dalam
kotak 21-1.
Kotak 21-1

Manfaat komunikasi berkelanjutan diantara
anggota tim, bagi:
Produktivitas audit
·
Setiap anggota tim akan dan dapat memahami
entitas yang di audit, FRF (financial
reporting framework atau kerangka pelaporan keuangan) yang digunakan, apa
peran masing-masing anggota dalam audit tersebut, daan ekspektasi mengenai
bagaimana dan kapan pekerjaan akan dilaksanakan.
·
Potensi untuk audit berlebihan atau sebaliknya (over-and under-auditing) dapat ditekan
secara signifikan.
Efektivitas Audit
·
Staf mendapat insights mengenai klien dan ekspektasi mengenai audit yang akan
dilaksanakan, langsung dari patner (yang memimpin) penugasan dan anggota inti /
kunci dalam tim audit.
·
Diskusi di antara anggota tim audit, mengenai
kerentanan laporan keuangan entitas terhadap salah saji yang material akan
membantu penanganan risiko bisnis dan risiko kecurangan.
·
Pengambilan keputusan yang lebih baik mengenai
sifat, waktu pelaksanaan, dan luasnya penilaian risiko dan prosedur audit
selanjutnya.
·
Komunikasi secara terbuka memungkinkan reaksi
yang cepat-tanggap terhadap informasi baru mengenai hal-hal seperti transaksi
dan peristiwa luar biasa (unusual
transactions/events), hubungan pihak berelasi (related parties), dan masalah pelaporan (reporting issues).
Pengembangan staf
·
Best Praticies (praktik-praktik terbaik) dalam
auditing dan dibagi dan terbagi antara partner dan staf.
·
Staf terdorong
untuk bertanya dan mempertimbangkan kembali efektivitas tanggapan terhadap
risiko yang dinilai (assessed risks)
dalam audit tahun lalu.

Komunikasi yang berkelanjutan
yang efektir memerlukan:
·
Keterlibatan penuh dari partner (yang mungkin)
penugasa dan anggota tim inti yang lainnya; dan
·
Kesediaan personel senior (partner dan penugasan
tim inti) untuk mendengar “suara” personel yang lebih jenior. Termasuk,
memahami oenugasan dari perspektif dari junior, mendorong mereka untuk bertanya
dan memberi saran-saran, dan memberikan mereka umpan balik.
Gambar 21-1 meringkaskan hal-hal
yang perlu di pertimbangkan dan di bahas dalam komunikasi tim audit.



![]() |
Pertemuan Perencanaan Tim Audit
Dalam penugasan yang lebih besar,
pertemuan mengenai perencanaan dijadwalkan jauh sebelum dimulainya pekerjaan
lapangan. Penjadwalan dini memberikan cukup waktu untuk membuat perubahan, jika
diperlukan, dalam rencana audit terinci. Untuk penugasan yang sanngat kecil,
perencanaan justru akan baik sekali melalui diskusi-diskusi singkat pada awal
penugasan dan selamaaudit berjalan.
Anggota
tim didorong untuk datang ke pertemuan dengan (banyak) pertanyaan dan sikap
mempertanyakan (questioning mind),
dan siap untuk berpartisipasi dan berbagi informasi dengan sikap skeptisisme professional ( attitude of professional skepticism).
Tiga hal yang akan dibahas
selanjutnya yaitu sebagai berikut:
·
Berbagi insights tentang entitas
·
Bertukar pikiran (brainstorm)
·
Perencanaan audit

Pertemuan tim audit memberikan kesempatan kepada partner
penugasan dan anggota tim untuk berbagai insigts mengenai entitas, misalnya
tentang manusia, kegiatan, dan tujuan entits. Tujuannya ialah untuk membahas
secara terbuka hal-hal berikut.
Entitas
·
Sejarah
dan tujuan bisnis.
·
Budaya
perusahaan/ korporasi.
·
Perubahan
dalam kegiatan/operasi bisnis, personalia, atau system.
·
Penerapan
RPF yang berlaku terhadap fakta dan situasi yang dihadapi entitas.
Manajemen
·
Sifat/struktur
entitas dan manajemen.
·
Sikap
terhadap pengendalian intern.
·
Insentif
untuk melakukan kecurangan.
·
Perubahan
yang tidak bisa dijelaskan mengenai perilaku atau gaya hidup pimpinan.
·
Adanya
indikasi bisa dalam keputusan/sikap manajemen.
Faktor risiko yang
diketahui
·
Pengalaman
dari penugasan audit yang lalu.
·
Faktor
risiko bisnis yang signifikan.
·
Peluang
dilakukannya Kecurangan.
![]() |
Bertukar Pikiran
Pertemuan tim penugasan dalam hal ini adalah bertukar fikiran
(brainstorming) mengenai
gagasan-gagasan dan pendekatan audit yang mungkin diterapkan, seperti berikut.
Potensi untuk kesalahan (error) dan kecurangan (fraud)
·
Area
mana dalam laporan keuangan yang rentan terhadap salah saji yang material (fraud dan error)? Langkah ini merupakan
keharusan dalam semua audit.
·
Bagaimana
manajemen bisa melakukan dan menyembuntikan pelaporan keuangan yang curang
(fraudulent financial reporting)?
·
Akan
bermanfaat untuk mengembangkan berbagai scenario kecurangan (fraud scenarios) atau, jika mungkin,
gunakan jasa akuntan forensic. Amati journal entries, yang dapat
mengindikasikan bias manajemen mengenai estimasi/penyisihan, perubahan
kebijakan akuntansi, dan lain-lain.
·
Bagaimana
asset perusahaan bisa dijarah atau digunakan untuk kepentingan pribadi?
·
Apakah
ada kegiatan nirlaba dengan kedok CSR (corporate
social responbility) yang sesungguhnya merupakan sarana korupsi dan
manipulasi laporan keuangan.
Tanggapan terhadap risiko
·
Apa
pendekatan/prosedur audit yang mungkin dilakukan untuk menanggapi risiko yang
diidentifikasi?
·
Pertimbangan
untuk memasukkan unsur pendadakan (element
of unpredictability) ke dalam sifat, penetapan waktu, dan luasnya prosedur
audit yang akan dilaksanakan.
Perencanaan Audit
Pertemuan tim penugasan dalam hal ini
adalah memberikan pengarahan. Ada area-area khusus yang perlu diperhatikan.
Auditor harus memastikan bahwa semua kewajiban dan persyaratan yang ditetapkan
ISAs yang relevan dengan audit tersebut dimasukan dalam rencana audit.
ISAs
meliputi prosedur tertentu yang harus dilaksanakan, antara lain:
·
ISA
240 The Auditor’s Responsibilities
Relating to Fraud in an Audit of Financial Statements;
·
ISA
402 Audit Considerations Relating to an
Entity Using a Service Organization;
·
ISA
540 Auditing Accounting Estimates,
Including Fair Value Accounting Estimates, and Related Disclosures;
·
ISA
550 Related Parties;
·
ISA
600 Audits of Group Financial Statements
Berikan Pengarahan kepada tim audit
menganai berikut ini.
·
Menentukan
tingkat matrealitas
·
Memberikan
peran dan tanggung jawab.
·
Memberikan
pengarahan umum kepada staf mengenai bagian-bagian audit yang menjadi kewajiban
mereka untuk menyelesaikannya. Informasikan pendekatan audit yang digunakan,
pertimbangan khusus, penjadwalan waktu untuk prosedur/proses audit, dokumentasi
yang harus dipenuhi, luasnya supervisi, penelaah berkas-berkas audit, dan
ekspektasi lainnya.
· Tekankan pentingnya mempertahankan
skeptisisme professional selama audit berlangsung.
Komunikasi Selama dan pada Akhir Audit
Setiap anggota tim audit mempunyai sedikit perbedaan dalam
perspektif mereka mengenai entitas. Bahkan beberapa informasi yang dikumpulkan
oleh beberapa anggota tim yang ditunjuk, mungkin “tidak masuk akal” sampai
akhirnya informasi itu digabungkan dengan informasi yang dikumpulkan anggota
yang lain.
Hal ini
misalnya terlihat dalam kasus kecurangan, dimana identifikasi pola-pola kecil,
kelemahan-kelemahan, dan penyimpangan berfungsi sebagai potongan-potongan dalam
jigsaw puzzle, yang membawa auditor kepada pengungkapan kecurangan. Hanya
dengan berbagi informasi diantara anggota tim, “gambar besar” dari jigsaw
puzzle itu terungkap.
Diskusi tim
janganlah dibatasi dalam pertemuan-pertemuan mengenai perencanaan audit. Tim
audit perlu di dorong untuk berkomunikasi dan bebagi informasi yang mereka
peroleh, dengan berbagai relevansinya, khususnya ketika informai itu berdampak
pada penilaian risiko dan prosedur audit yang direncanakan.
Gambar 21-2 sharing
Findings