Kamis, 10 Mei 2018

LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN PANCASILA


LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN PANCASILA
Secara intrinsik nilai-nilai Pancasila berwujud dan bersifat filosofi dan secara praktis nilai-nilai tersebut berupa pandangan hidup (filsafat hidup) bangsa Indonesia. Nilai itu tidak lain adalah merupakan kebulatan ajaran tentang berbagai segi/ biadang kehidupa suatu masyarakat / bangsa dalam hal ini bangsa Indonesia. 1.Menurut Pandji Setijo (2006:12) landasan filosofis adalah filsafat pancasila sebagai bagian dari pendidikan pancasila maka pendidikan pancasila dilandasi pancasila dan UUD 1945. pancasila sebagai dasar kerohanian dan dasar negara tercantum dalam paragraf ke 4 UndangUndang Dasar 1945, melandasi jalannya pemerintahan negara, melandasi hukumnya,dan melandasi setiap kegiatan operasional di dalamnya termasuk pendidikan nasional di dalamnya serta pendidikan Pancasila dan segenap pendidikan matakuliah lainnya. 2. Pancasila sebagai dasar filsafat negara dan pandangan filosofis bangsa Indonesia. Oleh karena itu sudah merupakan suatu keharusan moral untuk secara konsisten merealisasikan dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Secara filosofis bangsa Indonesia sebelum mendirikan negara adalah sebagai bangsa yang berketuhanan dan berkemanusiaan, hal ini berdasarkan kenyataan obyektif bahwa manusia adalah mahluk Tuhan YME. Setiap aspek penyelenggaraan negara harus bersumber pada nilai-nilai Pancasila termasuk sistem peraturan perundang-undangan di Indonesia. Oleh karena itu dalam realisasi kenegaraan termasuk dalam proses reformasi dewasa ini merupakan suatu keharusan bahwa Pancasila merupakan sumber nilai dalam pelaksanaan kenegaraan, baik dalam pembangunan nasional, ekonomi, politik, hukum, sosial budaya, maupun pertahanan keamanan. 3. Landasan filosofis pendidikan pancasila Nilai-nilai yang tertuang dalam sila-sila Pancasila merupakan filosofi bangsa Indonesia sebelum mendirikan negara Republik Indonesia. Nilai-nilai itu: bangsa Indonesia adalah bangsa yang berketuhanan, berkemanusiaan yang adil dan beradab, selalu berusaha mempertahankan persatuan dan mewujudkan keadilan Pancasila sebagai dasar filsafat negara menjadi sumber bagi segala tindakan para penyelenggara negara, menjadi jiwa dari perundangundangan. Pancasila sebagai sumber nilai dalam pelaksanaan kenegaraan yang menjiwai pembangunan nasional dalam bidang politik, ekonomi, sosialbudaya, pertahanan keamanan.
Aliran dalam Landasan Filosofis Pendidikan
Aliran dalam Landasan Filosofis Pendidikan
Sebagaimana halnya di dalam filsafat umum, di dalam landasan filsafat pendidikan juga
terdapat berbagai aliran. Sehubungan dengan ini dikenal adanya landasan filosofis pendidikan
Idealisme, landasan filosofis pendidikan Realisme, landasan filosofis pendidikan
Pragmatisme, dsb
a. Landasan filosofis pendidikan Idealisme
Idealisme berasal dari kata “ideal” dengan tambahan sufiks/akhiran “-isme” yang berasal
dari bahasa Yunani kuno -  ισ   μ  ός (-ismos) yang memiliki fungsi membentuk kata benda
abstrak terhadap suatu tindakan, keadaan, pemahaman/doktrin. Sedangkan kata ‘ideal’ sendiri
memiliki arti suatu kondisi paling wajar yang dikehendaki atau diinginkan.
Idealisme adalah sistem filsafat yang menekankan pentingnya keunggulan pikiran (mind),
roh (soul) atau jiwa (spirit) dari pada hal-hal yang bersifat kebendaan atau material.
Idealisme adalah aliran filsafat yang berpendapat bahwa pengetahuan itu tidak lain
daripada kejadian dalam jiwa manusia, sedangkan kenyataan yang diketahui manusia itu
terletak di luarnya. Konsep filsafat menurut aliran idealisme adalah: (1) Metafisika-idealisme;
Secara absolut kenyataan yang sebenarnya adalah spiritual dan rohaniah, sedangkan secara
kritis yaitu adanya kenyataan yang bersifat fisik dan rohaniah, tetapi kenyataan rohaniah yang
lebih dapat berperan; (2) Humanologi-idealisme; Jiwa dikarunai kemampuan berpikir yang
dapat menyebabkan adanya kemampuan memilih; (3) Epistemologi-idealisme; Pengetahuan
yang benar diperoleh melalui intuisi dan pengingatan kembali melalui berpikir. Kebenaran
hanya mungkin dapat dicapai oleh beberapa orang yang mempunyai akal pikiran yang
cemerlang; sebagian besar manusia hanya sampai pada tingkat berpendapat; (4) Aksiologi-
idealisme; Kehidupan manusia diatur oleh kewajiban-kewajiban moral yang diturunkan dari
pendapat tentang kenyataan atau metafisika
Implikasi dalam pendididkan :
§ Tujuan pendidikan adalah pengembangan karakter, bakat insan dan kebajikan sosial.
§ Isi pendidikan adalah pendidikan liberal, pendidikan karakter.
§ Metode pendidikan: dialogic/dialektik.
§  Peran pendidik: menjadi teladan bagi siswanya baik secara moral maupun intelektual.
§ Peran peserta didik: bebas mengembangkan kepribadian dan bakatnya.
b. landasan filosofis pendidikan Realisme
Aliran filsafat realisme berpendirian bahwa pengetahuan manusia itu adalah gambaranyang baik dan tepat dari kebenaran. Konsep filsafat menurut aliran realisme adalah:
(1)   Metafisika-realisme;   Kenyataan   yang   sebenarnya   hanyalah   kenyataan   fisik
(materialisme); kenyataan material dan imaterial (dualisme), dan kenyataan yang terbentuk
dari berbagai  kenyataan (pluralisme);
(2) Humanologi-realisme; Hakekat manusia terletak pada apa yang dapat dikerjakan. Jiwa
merupakan sebuah organisme kompleks yang mempunyai kemampuan berpikir;
(3)   Epistemologi-realisme;   Kenyataan   hadir   dengan   sendirinya   tidak   tergantung   pada
pengetahuan dan gagasan manusia, dan kenyataan dapat diketahui oleh pikiran. Pengetahuan
dapat diperoleh melalui penginderaan. Kebenaran pengetahuan dapat dibuktikan dengan
memeriksa kesesuaiannya dengan fakta;
(4) Aksiologi-realisme; Tingkah laku manusia diatur oleh hukum-hukum alam yang diperolehmelalui ilmu, dan pada taraf yang lebih rendah diatur oleh kebiasaan-kebiasaan atau adat-istiadat yang telah teruji dalam kehidupan.
 Dalam hubungannya dengan pendidikan, pendidikan harus universal, seragam.
Implikasi dalam pendidikan :
Menurut Power (1982), implikasi filsafat pendidikan realisme adalah sebagai berikut:
     Tujuan    : mampu menyesuaikan  diri   dengan lingkungan dan   mampu melaksanakan
tanggung jawab sosial.
   Metode  :   Belajar   tergantung   pada   pengalaman   baik   langsung   atau   tidak   langsung.
Metodenya harus  logis dan   psikologis.  Metode pontiditioning  (Stimulua-Respon)  adalah
metode pokok yang digunakan.
  Peran peserta didik adalah menguasai pengetahuan yang handal dapat dipercaya. Dalam hal
disiplin,   peraturan yang  baik adalah esensial dalam belajar.  Disiplin  mental  dan moral
dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik.
 Peranan  pendidik   adalah  menguasai   pengetahuan, terampil  dalam teknik  mengajar dan
dengan keras menuntut prestasi peserta didik.
c. Landasan filosofis pendidikan Pragmatisme
Menurut Kamus Ilmiah Populer, Pragmatisme adalah aliran filsafat yang menekankan
pengamatan   penyelidikan   dengan   eksperimen   (tindak   percobaan),   serta   kebenaran   yang
mempunyai  akibat –  akibat yang  memuaskan. Sedangkan, definisi Pragmatisme lainnya
adalah hal mempergunakan segala sesuatu secara berguna.
Istilah   Pragmatisme   berasal   dari   bahasa   Yunani      Pragma”   yang   berarti   perbuatan
( action) atau tindakan (practice). Isme sendiri berarti ajaran atau paham. Dengan demikian
Pragmatisme itu berarti ajaran yang menekankan bahwa pemikran itu menuruti tindakan.
Pragmatisme adalah aliran  filsafat  yang mengajarkan bahwa yang benar adalah segala
sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan melihat kepada akibat-akibat atau
hasilnya yang bermanfaat secara praktis.
Dasar dari pragmatisme adalah logika pengamatan, di mana apa yang ditampilkan pada
manusia dalam dunia nyata merupakan fakta-fakta individual, konkret, dan terpisah satu sama
lain. Dunia ditampilkan apa adanya dan perbedaan diterima begitu saja.
Implikasi dalam Pendidikan :

- Tujuan Pendidikan :  Pendidikan harus mengajarkan seseorang bagaimana berpikir dan
menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi di dalam masyarakat.Pendidikan juga
harus meliputi pemahaman tentang pentingnya demokrasi. Menurut Pragmatisme,pendidikan
hendaknya bertujuan menyediakan pengalaman untuk menemukan/memecahkan hal-hal baru
dalam kehidupan pribadi dan sosialnya (Edward and Clark, 1983).
-  Metode   Pendidikan  :    Penganut  Eksperimentalisme   atau   Pragmatisme  mengutamakan
penggunaan   metode   pemecahan   masalah   (Problem   Solving   Method)   serta   metode
penyelidikan dan penemuan (Inquiry and Discovery Method).
- Peran guru dan siswa : Dalam Pragmatisme, belajar selalu dipertibangkan untuk menjadi
seorang individu. Dalam pembelajaran, peranan guru bukan “menuangkan” pengetahuannya
pada siswa, sebab ini merupakan usaha tak berbuah.
Untuk membantu siswa guru harus berperan:
a) Menyediakan berbagai pengalaman yang akan memunculkan motivasi.
b) Membimbing siswa untuk merumuskan batasan masalah secara spesifik.
c) Membimbing merencanakan tujuan-tujuan individual dan kelompok.
d) Membantu para siswa dalam mengumpulkan informasi berkenaan dengan masalah.
e) Bersama-sama kelas mengevaluai apa yang telah dipelajar





 DAFTAR PUSTAKA
 Gatot Subiyakto, ____, BAB I, [pdf], (http://gatot_sby.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/17755/BAB+I.pdf, diakses tanggal 29 oktober 2011) Pranowo, F.X. Djoko dan Ary Natalina, 2005, Pendahuluan, [ppt], (http://arynatalina.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/11715/Pendahulua n.ppt, diakses tanggal 29 Oktober 2011) Setijo, Pandji. 2006. Pendidikan Pancasila (Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa). Bandung: Grasindo.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar