LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN PANCASILA
Secara intrinsik nilai-nilai
Pancasila berwujud dan bersifat filosofi dan secara praktis nilai-nilai
tersebut berupa pandangan hidup (filsafat hidup) bangsa Indonesia. Nilai itu
tidak lain adalah merupakan kebulatan ajaran tentang berbagai segi/ biadang
kehidupa suatu masyarakat / bangsa dalam hal ini bangsa Indonesia. 1.Menurut
Pandji Setijo (2006:12) landasan filosofis adalah filsafat pancasila sebagai
bagian dari pendidikan pancasila maka pendidikan pancasila dilandasi pancasila
dan UUD 1945. pancasila sebagai dasar kerohanian dan dasar negara tercantum
dalam paragraf ke 4 UndangUndang Dasar 1945, melandasi jalannya pemerintahan
negara, melandasi hukumnya,dan melandasi setiap kegiatan operasional di
dalamnya termasuk pendidikan nasional di dalamnya serta pendidikan Pancasila
dan segenap pendidikan matakuliah lainnya. 2. Pancasila sebagai dasar filsafat
negara dan pandangan filosofis bangsa Indonesia. Oleh karena itu sudah
merupakan suatu keharusan moral untuk secara konsisten merealisasikan dalam
setiap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Secara filosofis
bangsa Indonesia sebelum mendirikan negara adalah sebagai bangsa yang
berketuhanan dan berkemanusiaan, hal ini berdasarkan kenyataan obyektif bahwa
manusia adalah mahluk Tuhan YME. Setiap aspek penyelenggaraan negara harus
bersumber pada nilai-nilai Pancasila termasuk sistem peraturan
perundang-undangan di Indonesia. Oleh karena itu dalam realisasi kenegaraan
termasuk dalam proses reformasi dewasa ini merupakan suatu keharusan bahwa
Pancasila merupakan sumber nilai dalam pelaksanaan kenegaraan, baik dalam
pembangunan nasional, ekonomi, politik, hukum, sosial budaya, maupun pertahanan
keamanan. 3. Landasan filosofis pendidikan pancasila Nilai-nilai yang tertuang
dalam sila-sila Pancasila merupakan filosofi bangsa Indonesia sebelum
mendirikan negara Republik Indonesia. Nilai-nilai itu: bangsa Indonesia adalah
bangsa yang berketuhanan, berkemanusiaan yang adil dan beradab, selalu berusaha
mempertahankan persatuan dan mewujudkan keadilan Pancasila sebagai dasar
filsafat negara menjadi sumber bagi segala tindakan para penyelenggara negara,
menjadi jiwa dari perundangundangan. Pancasila sebagai sumber nilai dalam
pelaksanaan kenegaraan yang menjiwai pembangunan nasional dalam bidang politik,
ekonomi, sosialbudaya, pertahanan keamanan.
Aliran dalam Landasan Filosofis Pendidikan
Aliran dalam Landasan Filosofis Pendidikan
Sebagaimana halnya di
dalam filsafat umum, di dalam landasan filsafat pendidikan juga
terdapat berbagai
aliran. Sehubungan dengan ini dikenal adanya landasan filosofis pendidikan
Idealisme, landasan
filosofis pendidikan Realisme, landasan filosofis pendidikan
Pragmatisme, dsb
a. Landasan filosofis
pendidikan Idealisme
Idealisme berasal dari
kata “ideal” dengan tambahan sufiks/akhiran “-isme” yang berasal
dari bahasa Yunani kuno - ισ
μ ός (-ismos) yang memiliki
fungsi membentuk kata benda
abstrak terhadap suatu
tindakan, keadaan, pemahaman/doktrin. Sedangkan kata ‘ideal’ sendiri
memiliki arti suatu
kondisi paling wajar yang dikehendaki atau diinginkan.
Idealisme adalah sistem
filsafat yang menekankan pentingnya keunggulan pikiran (mind),
roh (soul) atau jiwa
(spirit) dari pada hal-hal yang bersifat kebendaan atau material.
Idealisme adalah aliran
filsafat yang berpendapat bahwa pengetahuan itu tidak lain
daripada kejadian dalam
jiwa manusia, sedangkan kenyataan yang diketahui manusia itu
terletak di luarnya.
Konsep filsafat menurut aliran idealisme adalah: (1) Metafisika-idealisme;
Secara absolut kenyataan
yang sebenarnya adalah spiritual dan rohaniah, sedangkan secara
kritis yaitu adanya
kenyataan yang bersifat fisik dan rohaniah, tetapi kenyataan rohaniah yang
lebih dapat berperan;
(2) Humanologi-idealisme; Jiwa dikarunai kemampuan berpikir yang
dapat menyebabkan adanya
kemampuan memilih; (3) Epistemologi-idealisme; Pengetahuan
yang benar diperoleh
melalui intuisi dan pengingatan kembali melalui berpikir. Kebenaran
hanya mungkin dapat
dicapai oleh beberapa orang yang mempunyai akal pikiran yang
cemerlang; sebagian
besar manusia hanya sampai pada tingkat berpendapat; (4) Aksiologi-
idealisme; Kehidupan
manusia diatur oleh kewajiban-kewajiban moral yang diturunkan dari
pendapat tentang
kenyataan atau metafisika
Implikasi dalam
pendididkan :
§ Tujuan pendidikan
adalah pengembangan karakter, bakat insan dan kebajikan sosial.
§ Isi pendidikan adalah
pendidikan liberal, pendidikan karakter.
§ Metode pendidikan:
dialogic/dialektik.
§ Peran pendidik: menjadi teladan bagi siswanya
baik secara moral maupun intelektual.
§ Peran peserta didik:
bebas mengembangkan kepribadian dan bakatnya.
b. landasan filosofis
pendidikan Realisme
Aliran filsafat realisme berpendirian bahwa pengetahuan
manusia itu adalah gambaranyang baik dan tepat dari kebenaran. Konsep filsafat
menurut aliran realisme adalah:
(1) Metafisika-realisme; Kenyataan
yang sebenarnya hanyalah
kenyataan fisik
(materialisme);
kenyataan material dan imaterial (dualisme), dan kenyataan yang terbentuk
dari berbagai kenyataan (pluralisme);
(2) Humanologi-realisme;
Hakekat manusia terletak pada apa yang dapat dikerjakan. Jiwa
merupakan sebuah
organisme kompleks yang mempunyai kemampuan berpikir;
(3) Epistemologi-realisme; Kenyataan
hadir dengan sendirinya
tidak tergantung pada
pengetahuan dan gagasan
manusia, dan kenyataan dapat diketahui oleh pikiran. Pengetahuan
dapat diperoleh melalui
penginderaan. Kebenaran pengetahuan dapat dibuktikan dengan
memeriksa kesesuaiannya dengan fakta;
(4) Aksiologi-realisme; Tingkah laku manusia
diatur oleh hukum-hukum alam yang diperolehmelalui ilmu, dan pada taraf yang
lebih rendah diatur oleh kebiasaan-kebiasaan atau adat-istiadat yang telah
teruji dalam kehidupan.
Dalam
hubungannya dengan pendidikan, pendidikan harus universal, seragam.
Implikasi dalam pendidikan :
Menurut Power (1982),
implikasi filsafat pendidikan realisme adalah sebagai berikut:
Tujuan : mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mampu melaksanakan
tanggung jawab sosial.
Metode
: Belajar tergantung
pada pengalaman baik
langsung atau tidak
langsung.
Metodenya harus logis dan
psikologis. Metode
pontiditioning (Stimulua-Respon) adalah
metode pokok yang
digunakan.
Peran peserta didik adalah menguasai
pengetahuan yang handal dapat dipercaya. Dalam hal
disiplin, peraturan yang baik adalah esensial dalam belajar. Disiplin
mental dan moral
dibutuhkan untuk
memperoleh hasil yang baik.
Peranan pendidik
adalah menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik
mengajar dan
dengan keras menuntut
prestasi peserta didik.
c. Landasan filosofis
pendidikan Pragmatisme
Menurut Kamus Ilmiah
Populer, Pragmatisme adalah aliran filsafat yang menekankan
pengamatan penyelidikan dengan
eksperimen (tindak percobaan),
serta kebenaran yang
mempunyai akibat –
akibat yang memuaskan. Sedangkan,
definisi Pragmatisme lainnya
adalah hal mempergunakan
segala sesuatu secara berguna.
Istilah Pragmatisme
berasal dari bahasa
Yunani “ Pragma”
yang berarti perbuatan
( action) atau tindakan
(practice). Isme sendiri berarti ajaran atau paham. Dengan demikian
Pragmatisme itu berarti
ajaran yang menekankan bahwa pemikran itu menuruti tindakan.
Pragmatisme adalah
aliran filsafat yang
mengajarkan bahwa yang benar adalah segala
sesuatu yang membuktikan
dirinya sebagai benar dengan melihat kepada akibat-akibat atau
hasilnya yang bermanfaat
secara praktis.
Dasar dari pragmatisme
adalah logika pengamatan, di mana apa
yang ditampilkan pada
manusia dalam dunia nyata
merupakan fakta-fakta individual, konkret, dan terpisah satu sama
lain. Dunia ditampilkan
apa adanya dan perbedaan diterima begitu saja.
Implikasi dalam
Pendidikan :
- Tujuan Pendidikan
: Pendidikan harus mengajarkan seseorang
bagaimana berpikir dan
menyesuaikan diri
terhadap perubahan yang terjadi di dalam masyarakat.Pendidikan juga
harus meliputi pemahaman
tentang pentingnya demokrasi. Menurut Pragmatisme,pendidikan
hendaknya bertujuan
menyediakan pengalaman untuk menemukan/memecahkan hal-hal baru
dalam kehidupan pribadi
dan sosialnya (Edward and Clark, 1983).
- Metode
Pendidikan : Penganut
Eksperimentalisme atau Pragmatisme
mengutamakan
penggunaan metode
pemecahan masalah (Problem
Solving Method) serta
metode
penyelidikan dan penemuan
(Inquiry and Discovery Method).
- Peran guru dan siswa :
Dalam Pragmatisme, belajar selalu dipertibangkan untuk menjadi
seorang individu. Dalam
pembelajaran, peranan guru bukan “menuangkan” pengetahuannya
pada siswa, sebab ini
merupakan usaha tak berbuah.
Untuk membantu siswa
guru harus berperan:
a) Menyediakan berbagai
pengalaman yang akan memunculkan motivasi.
b) Membimbing siswa
untuk merumuskan batasan masalah secara spesifik.
c) Membimbing
merencanakan tujuan-tujuan individual dan kelompok.
d) Membantu para siswa
dalam mengumpulkan informasi berkenaan dengan masalah.
e) Bersama-sama kelas mengevaluai apa yang telah
dipelajar
DAFTAR PUSTAKA
Gatot Subiyakto,
____, BAB I, [pdf], (http://gatot_sby.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/17755/BAB+I.pdf,
diakses tanggal 29 oktober 2011) Pranowo, F.X. Djoko dan Ary Natalina, 2005,
Pendahuluan, [ppt],
(http://arynatalina.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/11715/Pendahulua
n.ppt, diakses tanggal 29 Oktober 2011) Setijo, Pandji. 2006. Pendidikan
Pancasila (Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa). Bandung: Grasindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar