BIAYA STANDAR DAN PENERAPANNYA DALAM
PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI
(Studi Kasus :
UKM Tempe Bu Mundakir Semarang)
ELLIZA MELASARI
Fakultas Ekonomi,
Jurusan Akuntansi, Universitas Dian Nuswantoro Semarang
Abstraksi
UKM Tempe Bu
Mundakir Semarang adalah usaha kecil menengah yang aktif memproduksi tempe.
Dalam proses produksi, UKM ini harus mengendalikan biaya produksi agar biaya
produksi lebih efektif dan efisien sehingga laba yang didapat lebih optimal.
Pengendalian biaya produksi tersebut dapat menggunakan metode biaya standar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan biaya standar
dalam pengendalian biaya produksi tempe pada UKM Tempe Bu Mundakir Semarang.
Biaya standar adalah biaya yang direncanakan sebelum proses produksi
berlangsung. Ketika biaya standar telah ditentukan dan biaya aktual telah
diketahui diakhir periode produksi, maka biaya standar dan biaya aktual
dibandingkan sehingga menghasilkan varians atau selisih. Berdasarkan perhitungan
analisis yang membandingkan antara biaya standar dengan biaya aktual,
disimpulkan bahwa dalam produksi tempe, selisih menguntungkan pada biaya bahan
baku masih dalam batas pengendalian dan selisih biaya overhead pabrik masih
dalam batas kewajaran meskipun memiliki selisih yang tidak menguntungkan.
Kata kunci :
pengendalian, biaya produksi, biaya standar, varians.
Pendahuluan
Dalam perkembangan
dunia usaha yang semakin meningkat dari waktu ke waktu, perusahaan dituntut
untuk menyesuaikan diri terhadap perkembangan yang terjadi. Dalam era
globalisasi saat ini, persaingan semakin tajam dan para manajer dituntut untuk
dapat mengelola perusahaan. Salah satu cara untuk memenangkan persaingan adalah
dengan menghasilkan produk atau jasa yang mempunyai keunggulan daya saing di
pasaran, baik dari segi biaya, jenis, kualitas maupun harga jualnya. (Carter
dan Usry, 2005)
Tujuan perusahaan
dalam suatu perekonomian pada umumnya adalah untuk memperoleh laba yang
sebesar-besarnya sesuai dengan perkembangan perusahaan dalam jangka panjang.
Untuk dapat mengelola perusahaan dengan sebaik-baiknya agar tujuan perusahaan
dapat tercapai dan mampu bersaing dengan perusahaan lain, maka manajer
perusahaan memerlukan informasi yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengendalian biaya. (Heckert, 2003)
Suatu biaya standar telah ditentukan maka selanjutnya dilakukan
perbandingan-perbandingan periodik antara biaya sesungguhnya dengan biaya
standar yaitu dengan maksud untuk mengukur pelaksanaan dan mengoreksi
biaya-biaya, sehingga pada akhirnya akan menghasilkan varians atau selisih.
Yang mana varians itu sendiri merupakan perbedaan yang terjadi akibat
perbandingan antara biaya aktual dengan biaya yang direncanakan (biaya
standar). Dalam analisisnya, ketika perusahaan mengalami kerugian hal ini
disebabkan karena biaya aktual lebih besar dari biaya standar. Sedangkan
apabila perusahaan mengalami keuntungan maka biaya aktual lebih kecil dari
biaya standar. (Edison & Sapta, 2010)
UKM Tempe Bu
Mundakir merupakan salah satu unit usaha kecil dan menengah yang memproduksi
tempe. Lokasi industri ini berada di Jalan Gajah Barat 6 No.23 Semarang.
Pembuatan tempe ini membutuhkan bahan baku yaitu kedelai. Biaya produksi pada
industri ini terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik. Pada kenyataannya banyak industri-industri
sejenis yang berdiri, di mana masing-masing industri tersebut bersaing secara
ketat. Dalam rangka memenangkan persaingan di pasar, UKM Tempe Bu Mundakir
berupaya untuk tetap mampu memenuhi kebutuhan konsumen dengan harga yang wajar
dan dapat diterima konsumen, akan tetapi juga masih memperoleh keuntungan.
Segala macam cara dilakukan agar target produksi dapat dicapai, di antaranya
dengan melakukan penekanan-penekanan pada sejumlah biaya produksi.
Namun berdasarkan
penelitian atau survey yang telah dilakukan pada UKM Tempe Bu Mundakir
Semarang, biaya standar belum diterapkan pada pabrik tempe tersebut. Tentunya
biaya standar merupakan salah satu metode penting dalam mengendalikan biaya
produksinya. Pengendalian biaya di sini sangat diperlukan untuk mengetahui
apakah proses produksi berjalan efisien atau tidak. Pengendalian ini dilakukan
dengan cara membandingkan antara biaya standar dengan realisasinya (biaya
aktual) agar dapat mengetahui sejauh mana penyimpangan-penyimpangan yang sudah
terjadi pada industri ini. Jika terjadi varians (selisih) antara biaya standar
dengan realisasinya maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai
penyebab terjadinya varians tersebut.
Maka dari itu,
peneliti ingin mengimplementasikan penentuan atau penerapan biaya standar di
pabrik tempe tersebut agar biaya produksi lebih efektif dan efisien, sehingga
laba yang akan dihasilkan pun lebih optimal.
Berdasarkan uraian
di atas dan mengingat pentingnya pengendalian biaya produksi, maka
peneliti tertarik mengambil judul : “BIAYA STANDAR DAN PENERAPANNYA DALAM
PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI (Studi Kasus: UKM Tempe Bu Mundakir Semarang)”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian
di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.Bagaimana
penerapan biaya standar di UKM Tempe Bu Mundakir Semarang?
2.Bagaimana
pengendalian biaya produksi menurut UKM Tempe Bu Mundakir Semarang?
Tujuan
Penelitian
Adapun tujuan yang
ingin dicapai dari penelitian ini, sebagai berikut :
1.Untuk
mengimplementasikan perhitungan biaya standar di UKM Tempe Bu Mundakir Semarang
2.Untuk mengetahui
pengendalian biaya produksi di UKM Tempe Bu Mundakir Semarang
Landasan Teori
1. Biaya Standar
Menurut Matz dan
Usry (1992), biaya standar (standar cost) adalah biaya yang ditetapkan terlebih
dahulu untuk memproduksi satu unit atau sejumlah unit produk selama periode
tertentu di masa mendatang. Biaya standar juga merupakan biaya yang
direncanakan untuk suatu produk dalam kondisi operasi berjalan dan/atau yang
diantisipasikan. Biaya aktual untuk setiap jenis bahan baku langsung, upah
pekerja dan overhead pabrik setiap departemen dibandingkan dengan biaya
standar. Dari perbandingan ini tentu kita melihat adanya perbedaan.Perbedaan
atau selisih ini dianalisis dan diidentifikasi sebagai varians.
Menurut Mulyadi
(2005), definisi biaya standar adalah biaya yang ditentukan di muka, yang
merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan
produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu, di bawah asumsi kondisi ekonomi,
efisiensi, dan faktor-faktor tertentu. Kata-kata biaya yang seharusnya
dikeluarkan mengandung arti bahwa biaya yang ditentukan di muka merupakan
pedoman di dalam pengeluaran biaya yang sesungguhnya.Jika biaya yang
sesungguhya menyimpang dari biaya standar, maka yang dianggap benar adalah
biaya standar, sepanjang asumsi-asumsi yang mendasari penentuannya tidak
berubah.
2. Varians
Menurut Mulyadi
(2005), penyimpangan biaya sesungguhnya dari biaya standar disebut dengan
selisih (variance). Selisih biaya sesungguhnya dengan biaya standar dianalisis,
dan dari analisis ini diselidiki penyebab terjadinya, untuk kemudian dicari
jalan untuk mengatasi terjadinya selisih yang merugikan. Analisis selisih biaya
bahan
baku dan biaya tenaga kerja langsung berbeda dengan analisis selisih
biaya overhead pabrik. dalam analisis selisih biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung hanya dikenal dua macam kapasitas: kapasitas sesungguhnya dan
kapasitas standar; sedangkan dalam analisis selisih biaya overhead pabrik
dikenal tiga macam kapasitas: kapasitas sesungguhnya, kapasitas standar, dan
kapasitas normal (kapasitas yang terakhir ini digunakan untuk menghitung tarif
biaya overhead pabrik).
Carter (2009),
dari jenis-jenis standar dan varians yang ada, proses menentukan varians biaya
standar adalah sebagai berikut :
a. Standar dan
varians bahan baku
Ada dua standar
dikembangkan untuk biaya bahan baku, yaitu:
1. Standar harga
bahan baku
Harga standar
memungkinkan untuk :
a. Memantau kinerja dari departemen pembelian dan mendeteksi pengaruhnya
pada biaya bahan baku;
b. Mengukur dampak
dari kenaikan atau penurunan harga bahan baku terhadap laba
Menurut Mulyadi
(2005), harga yang dipakai harga standar dapat berupa :
a. Harga yang diperkirakan akan berlaku dimasa yang akan datang, biasanya
untuk jangka waktu satu tahun;
b. Harga yang berlaku pada saat penyusunan biaya standar;
c. Harga yang
diperkirakan akan merupakan harga normal dalam jangka panjang
Pada umumnya harga
standar bahan baku ditentukan pada akhir tahun dan pada umumnya digunakan
selama tahun berikutnya, tetapi pada harga standar ini dapat diubah bila
terjadi penurunan atau kenaikan harga yang bersifat luar biasa.
2. Standar
kuantitas bahan baku (standar penggunaan bahan baku)
Standar kuantitas
atau penggunaan pada umumnya dikembangkan berdasarkan spesifikasi yang dibuat
oleh insinyur dan/atau desainer. Dalam perusahaan kecil atau menengah, pengawas
atau supervisor departemen menspesifikasikan jenis, kuantitas, dan kualitas
dari bahan baku yang dibutuhkan dan operasi yang akan dilakukan. Standar
kuantitas sebaiknya ditetapkan setelah analisis atas ukuran, bentuk, dan
kualitas produk yang paling ekonomis serta penggunaan bahan baku dengan
berbagai kualitas yang berbeda.
Varians kuantitas bahan baku (varians penggunaan) dihitung dengan cara
membandingkan kuantitas aktual dari bahan baku yang digunakan dengan kuantitas
standar yang diperbolehkan, serta keduanya diukur dengan biaya standar.
Kuantitas standar yang diperbolehkan adalah kuantitas bahan baku yang
dibutuhkan untuk memproduksi satu unit produk (kuantitas standar yang
dperbolehkan per unit) dikalikan dengan jumlah aktual dari unit yang diproduksi
selama periode tersebut. Unit yang diproduksi setara dengan unit ekuivalen
produksi untuk bahan baku.
b. Standar dan
varians tenaga kerja
Ada dua standar
yang dikembangkan untuk biaya tenaga kerja langsung :
1. Standar tarif,
upah, atau biaya
Standar tarif
mungkin didasarkan pada perjanjian tawar-menawar kolektif yang menentukan upah
per jam, tarif per unit, dan bonus.Tanpa adanya kontrak serikat kerja, maka
standar tarif ditentukan oleh upah yang disetujui.Karena tarif cenderung untuk
didasarkan pada perjanjian yang pasti, maka varians tarif tenaga kerja jarang
terjadi.Jika terjadi, biasanya varians tersebut disebabkan oleh kondisi jangka
pendek yang tidak biasa.
Untuk memastikan
keadilan dalam tarif yang dibayarkan untuk setiap operasi yang dilakukan,
digunakan rating pekerjaan.Ketika suatu tarif direvisi atau suatu perubahan
diotorisasi secara temporer, maka hal tersebut harus dilaporkan dengan segera
ke departemen penggajian untuk menghindari penundaan, pembayaran yang tidak
benar, dan pelaporan yang salah.Perbedaan yang terjadi antara tarif standar dan
tarif aktual menimbulkan varians tenaga kerja (varians upah atau varians
biaya).
Tarif upah standar
dapat ditentukan atas dasar :
a. Perjanjian dengan organisasi karyawan;
b. Data upah masa lalu, yang digunakan sebagai tarif upah standar adalah
rata-rata terhitung dan rata-rata tertimbang atau median upah karyawan masa
lalu;
c. Perhitungan tarif upah dalam keadaan operasi normal.
2. Standar
efisiensi, waktu, atau penggunaan
Menentukan standar
efisensi tenaga kerja adalah fungsi terspesialisasi yang dikerjakan dengan baik
oleh insinyur industrial, menggunakan studi waktu dan gerakan.Standar ini
didasarkan pada kinerja aktual dari seorang pekerja atau sekelompok kerja yang
memiliki keahlian rata-rata menggunakan usaha rata-rata ketika melakukan
operasi manual atau ketika bekerja pada mesin yang beroperasi dalam kondisi
normal. Varians efisiensi tenaga kerja dihitung diakhir periode
pelaporan dengan cara membandingkan jam aktual yang digunakan dengan
jam standar yang diperbolehkan, keduanya diukur dengan tarif tenaga kerja
standar.
c. Standar dan
varians biaya overhead
Pertama, anggaran
overhead pabrik dibuat, dengan cara mengestimasikan setiap pos dari overhead
yang diperkirakan akan terjadi disetiap departemen, pusat biaya atau aktivitas,
pada tingkat aktivitas tertentu yang telah ditentukan sebelumnya, biasanya
kapasitas normal atau kapasitas aktual yang diperkirakan. Selanjutnya, dari
anggaran biaya departemen jasa dialokasikan ke departemen pengguna berdasarkan
jumlah jasa yang direncanakan.
Jika suatu
departemen produksi memiliki banyak pusat biaya, atau jika perhitungan biaya
berdasarkan aktivitas digunakan, maka alokasi biaya ke departemen jasa tersebut
atau ke aktivitas.Ketika semua overhead yang dianggarkan telah dialokasikan,
maka overhead langsung dan tidak langsung yang dianggarkan untuk setiap
departemen dan aktivitas produksi, serta pusat biaya lainnya ditotalkan.
Total tersebut
kemudian dibagi dengan tingkat dasar alokasi yang telah ditentukan sebelumnya,
dan hasilnya adalah tarif overhead pabrik standar untuk setiap departemen
produksi atau pusat biaya. Di akhir dari setiap bulan atau periode lainnya,
biasanya satu bulan, overhead pabrik yang terjadi secara aktual dibandingkan
dengan total overhead standar yang dibebankan ke barang dalam proses.
Perbedaannya adalah varians overhead pabrik keseluruhan.
Kerangka Konseptual (Pemikiran)
UKM
Biaya Produksi :
- Biaya Bahan Baku
- Biaya Tenaga
Kerja
- Biaya Overhead
Pabrik
Standarisasi Biaya
Produksi
Biaya Produksi
Aktual
Varians
Analisis
Evaluasi/melakukan
tindak lanjut
Biaya produksi
merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi barang jadi
(Carter dan Usry, 2005). Biaya produksi terdiri dari tiga elemen biaya, yaitu
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. sebelum
aktivitas produksi dilakukan, pihak manajemen membuat standar dari ketiga
elemen biaya produksi tersebut, yang bertujuan agar selama proses produksi
berlangsung, biaya yang ditentukan sebelumnya dapat menekan biaya produksi
aktual atau biaya yang sesungguhnya terjadi dari aktivitas produksi.
Ketika biaya
produksi standar telah ditentukan dan telah terlihat biaya produksi aktualnya,
kemudian dibandingkan kedua biaya tersebut antara biaya produksi standar dengan
biaya produksi aktualnya. Ketika dibandingkan, akan terjadi perbedaan atau
selisih yang disebut dengan varians. Ketika biaya produksi standar lebih
besar daripada biaya produksi aktual, maka variansnya adalah favorable atau
menguntungkan.Sebaliknya, ketika biaya produksi aktual lebih besar daripada
biaya produksi standar, maka variansnya adalah unfavorable atau tidak
menguntungkan.
Ketika terjadi
selisih atau varians favorable atau unfavorable, maka pihak
manajemen perusahaan melakukan analisis mengenai penyebab terjadiya selisih
tersebut, Jennie
(2010).Analisis ini bertujuan agar ketika terjadi penyimpangan atas
selisih tersebut dapat segera diatasi.Yang pada akhirnya, pihak manajemen
melakukan evaluasi atau melakukan tindak lajut untuk perbaikan atas
penyimpangan yang terjadi.Sehingga bahan evaluasi ini dapat dijadikan sebagai
patokan atau tolak ukur penerapan biaya produksi standar untuk periode produksi
berikutnya.Untuk kedepannya, selisih yang merugikan dapat ditekan kembali
sehingga biaya produksi semakin efektif dan efisien.
Metode Analisis
Data
Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif. Analisis
kuantitatif dilakukan pada perhitungan biaya produksi dengan menggunakan metode
Standard Costing.
Dalam penelitian
ini data yang telah diperoleh akan diolah dengan cara menentukan biaya standar
produksi yang kemudian membandingkan antara biaya standar produksi dengan biaya
produksi aktual. Biaya standar merupakan biaya yang ditentukan sebelumnya dan
dijadikan patokan dalam memproduksi suatu produk tertentu untuk mengendalikan biaya
pada proses produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead untuk periode berikutnya. Adapun langkah-langkah
dalam menganalisis data adalah sebagai berikut :
1. Menentukan Standar Biaya Produksi
2. Menganalisis Selisih Biaya Produksi Langsung.
3. Menganalisis
Selisih Biaya Overhead Pabrik
Setelah
dibandingkan akan menghasilkan varians (selisih) pada biaya produksi tersebut.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana penyimpangan (selisih) yang
terjadi dalam proses produksi pada UKM Tempe Bu Mundakir Semarang. Langkah
akhir dalam menganalisa data adalah memberi saran dari hasil pembandingan yang
telah dilakukan.
Hasil dan
Pembahasan
Sejarah Singkat
UKM Tempe Bu Mundakir
UKM Tempe Bu
Mundakir Semarang merupakan usaha kecil menengah yang didirikan oleh Bapak
Mundakir pada tahun 1979, yang terletak di jalan Gajah Barat 6 Nomor 23
Semarang. UKM ini memiliki kegiatan usaha untuk memproduksi tempe yang mengolah
bahan baku kedelai menjadi produk tempe. Bapak Mundakir merupakan pendiri utama
dari usaha kecil menengah ini. Pada awalnya Bapak Mundakir adalah seorang
pegawai tempe yang bekerja di suatu tempat usaha
pembuatan tempe selama 5 tahun. Kebutuhan hidup yang semakin banyak
akhirnya pemilik memutuskan keluar dari tempat ia bekerja.
Dengan bekerja di
pembuatan tempe tersebut beliau akhirnya memahami tentang bagaimana pembuatan
tempe dan tentang pemilihan kedelai yang mempunyai mutu tinggi. Dari pengalaman
yang didapat akhirnya berani memutuskan untuk membuka usaha tempe sendiri dan
dilakukan dirumahnya sendiri. Kemudian usaha yang dijalankan ini diberi nama
dengan nama isteri Bapak Mundakir sendiri yaitu Bu Mundakir. Dengan keahliannya
dalam memproduksi tempe yang berkualitas, usaha Bapak Mundakir berkembang pesat
sampai sekarang.
Pendistribusian
tempe pada awalnya hanya dipasarkan di pasar-pasar terdekat dan penduduk
sekitar. Namun karena tempe ini memiliki rasa dan kualitas yang baik, maka
tempe Bu Mundakir mampu bersaing dan memasuki pasar yang lebih luas, seperti
pasar peterongan, pasar kaligawe, dan pasar genuk. Usaha Bu Mundakir ini sampai
sekarang masih tetap berjalan dan mencoba memasarkan produk tempe ini ke
pasar-pasar yang lebih luas lagi cakupannya.
Penetapan Biaya
Produksi Standar (Desember 2013)
Biaya Bahan Baku
Standar
1. Harga Standar
Bahan Baku
Penyusunan biaya
standar bahan baku tempe ditentukan berdasarkan data yang digunakan pada
periode bulan Desember 2013, harga bahan baku yang dipakai sebagai standar
adalah harga pembelian bahan baku pada periode bulan Desember. Hal ini
dilakukan karena data yang ada pada bulan Desember tersebut dijadikan standar
untuk penentuan biaya produksi standar tempe di UKM Tempe Bu Mundakir. Berikut
rincian harga pembelian bahan baku pada bulan Desember 2013 yang dijadikan
harga standar bahan baku.
Tabel 1
Harga Standar
Bahan Baku (Tempe) No
|
Nama Bahan
Baku
|
Kebutuhan per
hari (kg)
|
Kebutuhan per
bulan (kg)
|
Harga Standar
per kg
|
Total (Rp)
|
1
|
Kedelai
|
180
|
5.580
|
8.600
|
47.988.000
|
2
|
Ragi
|
0.64
|
20
|
25.000
|
500.000
|
Total
|
48.488.000
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar